Langsung ke konten utama

Kumpulan puisi Rey Candra

Puisi-puisi Riza Nurkhafid Khibbatulloh

12/08/2019olehFeni Efendi-158 views



Terbit di Travesia.co.id /https://travesia.co.id/2019/12/08/puisi-puisi-riza-nurkhafid-khibbatulloh/


GERBANG MASA LALU



Benteng keyakinan yang kubangun  hancur oleh egomu. Benih kesabaran yang kudapat dari Kiai Agung pun mati. Kini kau bagai anak tanpa dosa, berlarian, ketawa, berjingkrak ke sana ke sini tanpa sesal.



Tidakkah kau rasa beban yang mengimpit pernapasanku setiap waktu?

Sepanjang malam berkelana menyusuri ingatan masa lalu. di mana kau tanam biji janji pada bibirmu yang madu. yang ternyata tumbuh tanaman ilalang.

Asap mengepul terbakar api emosi.



Sekarang, di musim semi yang damai. Kau kembali datang,

membuka gerbang masa lalu yang kututup rapat hingga berkarat.

Akalku tak sampai menjengkal strategimu, kunci apa yang kau gunakan

hingga gerbang yang tak kuingin terbuka

Dan apakah hadirmu hari ini membawa tujuan yang sama

; menghancurkan bentengku lalu bersorak sorai seperti dahulu?



(Palembang, 15 Juni 2019)



BULAN MERAH JAMBU



1/

Sepasang kekasih

Bercumbu di bawah terang bulan

Kunang-kunang asmara kerlap kerlip hias langit temaram

: tanggalkan rindu yang terpendam

2/

Dua bibir berpagut mesra

Bertukar basah dalam gulita

Lupakan segala dosa

3/

Keringat mengucur basahi bumi

Dari dua tubuh yang terkapar di ranjang ibu

4/

Di bawah terang bulan

Semut-semut berkerumun

Membentuk lingkaran kecil

5/

Sesaat setelahnya

dua tubuh terbangun dengan kemaluannya yang hilang

tinggalkan sejarah kenikmatan



2019



Rayuan Kata



Denyut jantung berhenti berdetak

Tatkala wajah ayumu bersandar di dada

Kurasa hembus napasmu

Saling lomba raih ketenangan,

Di dekap peluk tubuhku



O, Sayang

Mari bermain kata

Sebelum fajar menyapa.

Akan kuhitung bulir keringat

Yang gugur dari badan kita



Kau memelukku

Aku mendekapmu

Dan kita saling menyatu

Di perjalanan waktu



Juni, 28/2019



SEPASANG KEMBANG



Tuhan menggariskan kita sebagai bunga bersemi

di taman cinta yang kita bangun dengan jiwa raga.

lebah-lebah hitam berebut mencecap manisnya sari.

kau ikat aku dengan kesetiaan yang kau petik dari sebatang kembang melati

:putih. alamat kesucian cinta.



Kemudian, engkau dikarantina

menjadi wanita tangguh buat ibu dari anakmu.

Kau lepas perawanmu dari pohon ibu yang menjaga.



Katamu, kita adalah sepasang kembang

yang saling menjaga manisnya sari madu jiwa.



Katamu, kita bukan lagi bunga bersemi di taman cinta

yang banyak lebah-lebah berebut.

sekarang kita adalah sepasang kembang

yang melahirkan kembang-kembang desa cantik rupa

: yang lekas tumbuh jadi ratu; Buah hati kita.



Hujroh, 08 Desember 2019





MENCARI RUMAHMU



di jalan mangga no. 13 blok rindu

sepasang kaki terhenti di persimpangan jalan itu,

teringat alamat yang kau tanam di otakku



Di jalan itu, kususuri dengan menenteng

selembar kertas kecil bertulis rindu

pada seorang ratu tanpa mahkota dan singgasana biru.



Sebuah lorong terbentang jauh mendalam sepi, gelap.

Tanpa penerang yang dapat menuntun sepasang mata berjalan,

ada cahaya putih menghampiri,

terbang ke dalam dan berhenti

pada sebuah rumah mungil tanpa jendela dan hiasan apa pun.



Setelah itu, cahaya raib.

Seorang ratu tanpa mahkota dan singgasana menyilakan masuk.

ini adalah lorong kerinduan yang candu

:ingin lekas bertemu pada orang yang mencari rumahmu.



Hujroh | Desember 2019



Riza Nurkhafid Khibbatulloh, karya yang tercantum dalam Antologi Puisi bersama Sapardi Djoko Damono berjudul Lamtaro. Bergabung di Community Pena Terbang pada tahun 2017 yang diketuai oleh Muhammad Asqalani eNeSTe dan Kamacitra Fakultas Adab dan Humaniora pada tahun 2018.

Komentar

  1. Tersentuh, menarik, dan bikin baper:). Terus Semangat berkarya💪

    BalasHapus
  2. Bisa minta kontaknya pak? Mau daftar les nih.. wkwk mantepp batol kak

    BalasHapus
  3. Waww malasih cahya :)
    Boleh ni di save ya 082264050185

    BalasHapus

Posting Komentar