Assalamu'alaikum sobat. Baiklah dalam postingan pertama ini saya akan membagi karya sastra yang berbentuk cerpen, yang mana ini salah satu cerpen dan puisi saya yang mendapat apresiasi secara langsung. Alhamdulilah, atas restu orang tua dan Yang Maha Kuasa akhirnya cerpen saya yang berjudul Penulis dan Semut Autis berhasil mendapat kategori cerpen favorit
dan puisi yang berjudul Ternyata Mimpi sebagai Puisi Terbaik dalam sebuah acara DIKSAR KAMACITRA (Komunitas Mahasiswa Pecinta
Sastra) 2018 yang diadakan tanggal 04 November2018 kemarin dengan tema
BUNTU. Ternyata dibalik kebuntuan ada keberkahan yang tak terduga😃.
Sebuah penghargaan yang sangat berharga😁. Jika ada kesalahan
kata atupun apapun itu mungkin saya sedang khilaf.Ok, silakan membaca dan bermain-main dengan semut saya.
Penulis dan Semut Autis
0leh: Riza Nurkhafid K
"Ah!"
teriak Farhan di ujung malam. Ia seperti manusia gila mencari tempat
dan apa saja yang dapat dijadikannya bumbu dan makanan untuk dituang
dalam ceritanya. Buku-buku dan sebungkus mie instant yang tercecer di
meja tulisnya tak terurus lagi. Kamarnya seketika disulap jadi kapal pecah. Ia melamun sejenak memandangi semut-semut yang sedang lalu lalang berebut
mie instannya. Namun, ada satu ekor semut yang menarik perhatiannya.
Semut itu tampak sedang merenung di samping buku-bukunya. Ia tak
sedikitpun memutar kepalanya pada kawannya yang berkali-kali
menabraknya. Semut itu seperti hewan yang kehilangan jati diri. 'Semut
autis'. Demikian Farhan melaqobkannya.
Ditelitinya semut itu, ada sesuatu yang tiba-tiba mendobrak pintu otaknya. Sontak tanpa pikir panjang, Farhan memainkan penanya di atas lapangan putih miliknya, menggoreskan beratus-ratus kata dan melahirkan berbagai macam diksi. Dalam menulis semut itu selalu merayap di pikirannya. Ia pun menjadi manusia autis juga.
Tak terasa malam semakin larut. Bintang-bintang satu persatu telah pulang ke habitatnya. Dalam pandangan matanya, sekelompok semut tadi sudah sirna. Mereka telah lenyap bersama mie instant miliknya. Sedangkan di samping bukunya, semut autis pun hilang. Lambat laun tarian penanya melemah. Lapangan putih yang menjadi tempat bermainnya juga telah penuh oleh jejak-jejak semut. Dalam ceritanya... Ia tertawa membaca hikayatnya.
Palembang, 04 November 2018
Ternyata Mimpi
Ketika telapak kakiku menjajak tempat ini
Aku merasakan detak jantungku melemah
Kakiku tak sanggup lagi menahan beratnya rindu
Seketika tubuhku terkapar.
Dalam tidur aku bermimpi
berpetualang di danau yang
dahulu menjadi saksi bisu
pertemuan kita.
Aku menangkap kupu-kupu di wajahmu
pelangi di matamu dan anak-anak di dekapanmu.
Kau berkata bahwa cinta adalah segalanya
kebahagiaan,kepahitan juga pertikaian.
Hujan menyapu wajahku
seketika mataku terbuka
engkaupun lenyap bersama
hujan ini. Ah! Ternyata mimpi.
Palembang, 04 November 2018
Jangan lupa pantau terus sebab akan ada hidangan-hidangan lainnya. Syukron 'ala musyahadatukum. Jangan lupa tinggalkan jejak (komentar dan saran/kritik). Wassalamu'alaikum.
Jayyid
BalasHapusJayyid
BalasHapusKeren, teruslah menulis agar dengan tulisan kita dapat mencatat sejarah
BalasHapus